Langsung ke konten utama

Postingan

Batik Gajah Oling

Pertama kali saya kenal batik Gajah Oling adalah ketika memakai seragam batik di hari rabu-kamis saat kelas 1 SD.  Saat itu saya masih belum tahu namanya, hanya menyadari kalau motif batik yang saya pakai berbeda, tidak akan saya temukan di toko oleh-oleh di kota lain.  Waktu itu saya heran, kenapa motif melingkar-lingkar ini gak pernah saya temukan ketika mengunjungi pasar dekat makam Ir. Soekarno, Blitar ataupun di pasar oleh-oleh depan candi Prambanan, Yogyakarta.  Saya baru menyadari bahwa motif itu bernama gajah oling, motif khas Banyuwangi saat saya kelas 5 SD. Motif Gajah Oling berbentuk seperti tanda tanya, yang menyerupai belaka gajah.  Menurut buku yang saya baca, maknanya adalah gajah yang merupakan hewan bertubuh besar berarti maha besar, uling adalah eling atau dalam bahasa Indonesia berarti ingat. Secara keseluruhan, Gajah Oling bermakna untuk manusia selalu mengingat kemahabesara Sang Pencipta. 

Watching Korean Cafe Vlog as Self-Healing Therapy

Pernah suatu hari si tahun 2020, saya merasa burnout karena pekerjaan, kuliah, dan lain sebagainya. Mau ngapa-ngapain malas, hidup serasa tidak ada motivasi. Tapi pekerjaan dan kuliah gak bisa seenaknya ditinggalkan, kalo nggak kerja nggak dapet pemusukan, kalo nggak kuliah, sayang duitnya, udah bayar mahal soalnya. Apa yang saya lakukan di situasi seperti itu? Buka youtube, cari konten-konten estetik, yang warna-warni. Et voila ... bertemulah saya dengan konten korean cafe vlog. Konten ini berisi rutinitas pekerja cafe di korea, berkesan seperti slow-life yang sangat menikmati pekerjaannya, tidak ditekan oleh target. Tapi gak tau realitanya ya... kebanyakan orang kan menunjukkan yang baik-baik saja di sosmednya. Video-videonya memanjakan pelanggannya dengan menu dessert atau minuman yang enak-enak dan memanjakan mata, membuat saya ngiler. Backgroundnya estetik, tidak banyak berbicara, jadi saya bisa fokus melihat tampilan visualnya. Sangat membantu memperbaiki suasana hati saya. Kore

Resign by Almira Bastari

Salah satu efek pandemi, durasi menjalankan hobby saya semakin panjang, yaitu baca buku. Buku pertama yang saya baca ulang ketika pandemi datang adalah novel berjudul Resign, karya author Almira Bastari. Resign bercerita tentang sekelompok cungpret (alias kacung kampret) sekaligus geng gosip di kantor consulting di Jakarta yang berkompetisi untuk memenangkan taruhan resign paling cepat. Cungpret 1 - Alranita: pegawai termuda yang tertekan akibat perlakuan semena-mena sang bos. Cungpret 2 - Carlo: pegawai yang baru menikah dan ingin mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih tinggi. Cungpret 3 - Karenina: pegawai senior yang selalu dianggap tidak becus tapi terus-menerus dijejali proyek baru. Cungpret 4 - Andre: pegawai senior kesayangan sang bos yang berniat resign demi menikmati kehidupan keluarga yang lebih normal dan seimbang bersama istri dan anak kembarnya. Sang Bos - Tigran: bos genius, misterius dan arogan, tapi dipercaya untuk memimpin timnya sendiri pada usia yang masih cukup

Media sosial gratisan yang sebenarnya berbayar

Pernahkah kalian refleks buka instagram ketika lagi bosan??  Pernahkah kalian scroll scroll media sosial sampai berjam-jam tanpa sadar??  Tanpa bermaksud menghakimi, keduanya pernah saya lakukan. Scrolling media sosial sampai larut malam, lupa makan, lupa mandi.  Hingga saya mengeluh, kok hidup saya  gini-gini aja ya, dan tanpa sadar membandingkan hidup kita dengan orang-orang di instagram (kenal maupun tidak kenal).  Dengan apa kita membayar media sosial yang gratis itu?? Dengan waktu. Terkadang kita terlalu asik scroll-scroll media sosial, mengecek Si A, influencer yang kita kagumi, Si B, teman sekolah yang baru saja menikah, atau Si C, akun anonim berisi meme ataupun kata motivasi.  Sampai kita tidak sadar bahwa hari semakin larut dan waktu kita pun habis.  Ketika sedang bersosmed ria, kita dicekoki dengan berbagai macam jenis iklan, dari instagram-ads, influencer maupun sesimpel barang dagangan teman. Jika iklannya cukup menarik, uang kita pun akan terkuras.  Ada satu quote yang co

Pantai Indah di Tengah Hutan

Ketika mendapat tugas tentang artikel bertema petualangan, saya sungguh pusing sekali mau nulis apa. Karena memang sudah lama sekali gak jalan-jalan. Bukan karena covid, bukan....  Tapi karena saya aja yang miskin, jadi jarang kemana-mana. Tempat yang ingin sekali saya datangi setelah covid usai adalah salah satu pantai di Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Trianggulasi namanya. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam 15 menit dari Patung Kuda, Sobo, Banyuwangi. Pantainya bersih dan memiliki akses yang cukup mudah, letaknya tidak jauh dari jalan beraspal.  Serta cukup aman, tidak ada monyet-monyet galak yang akan mengganggu makan siangmu. Kebanyakan mereka masih malu-malu dengan keberadaan manusia. Selain Pantai Trianggulasi, kalian juga bisa mengunjungi Sadengan, Pantai Pancur dan Pantai Plengkung di area Alas Purwo.