Langsung ke konten utama

Media sosial gratisan yang sebenarnya berbayar

Pernahkah kalian refleks buka instagram ketika lagi bosan?? 
Pernahkah kalian scroll scroll media sosial sampai berjam-jam tanpa sadar?? 

Tanpa bermaksud menghakimi, keduanya pernah saya lakukan.
Scrolling media sosial sampai larut malam, lupa makan, lupa mandi. 
Hingga saya mengeluh, kok hidup saya  gini-gini aja ya, dan tanpa sadar membandingkan hidup kita dengan orang-orang di instagram (kenal maupun tidak kenal). 

Dengan apa kita membayar media sosial yang gratis itu??
Dengan waktu.
Terkadang kita terlalu asik scroll-scroll media sosial, mengecek Si A, influencer yang kita kagumi, Si B, teman sekolah yang baru saja menikah, atau Si C, akun anonim berisi meme ataupun kata motivasi. 
Sampai kita tidak sadar bahwa hari semakin larut dan waktu kita pun habis. 
Ketika sedang bersosmed ria, kita dicekoki dengan berbagai macam jenis iklan, dari instagram-ads, influencer maupun sesimpel barang dagangan teman. Jika iklannya cukup menarik, uang kita pun akan terkuras. 

Ada satu quote yang cocok dengan ini, 
"Tidak ada makan siang gratis"
Yang artinya, sesungguhnya tidak ada produk yang benar-benar gratis. 
"Jika ternyata gratis, maka kamulah produknya" 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resign by Almira Bastari

Salah satu efek pandemi, durasi menjalankan hobby saya semakin panjang, yaitu baca buku. Buku pertama yang saya baca ulang ketika pandemi datang adalah novel berjudul Resign, karya author Almira Bastari. Resign bercerita tentang sekelompok cungpret (alias kacung kampret) sekaligus geng gosip di kantor consulting di Jakarta yang berkompetisi untuk memenangkan taruhan resign paling cepat. Cungpret 1 - Alranita: pegawai termuda yang tertekan akibat perlakuan semena-mena sang bos. Cungpret 2 - Carlo: pegawai yang baru menikah dan ingin mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih tinggi. Cungpret 3 - Karenina: pegawai senior yang selalu dianggap tidak becus tapi terus-menerus dijejali proyek baru. Cungpret 4 - Andre: pegawai senior kesayangan sang bos yang berniat resign demi menikmati kehidupan keluarga yang lebih normal dan seimbang bersama istri dan anak kembarnya. Sang Bos - Tigran: bos genius, misterius dan arogan, tapi dipercaya untuk memimpin timnya sendiri pada usia yang masih cukup ...

Batik Gajah Oling

Pertama kali saya kenal batik Gajah Oling adalah ketika memakai seragam batik di hari rabu-kamis saat kelas 1 SD.  Saat itu saya masih belum tahu namanya, hanya menyadari kalau motif batik yang saya pakai berbeda, tidak akan saya temukan di toko oleh-oleh di kota lain.  Waktu itu saya heran, kenapa motif melingkar-lingkar ini gak pernah saya temukan ketika mengunjungi pasar dekat makam Ir. Soekarno, Blitar ataupun di pasar oleh-oleh depan candi Prambanan, Yogyakarta.  Saya baru menyadari bahwa motif itu bernama gajah oling, motif khas Banyuwangi saat saya kelas 5 SD. Motif Gajah Oling berbentuk seperti tanda tanya, yang menyerupai belaka gajah.  Menurut buku yang saya baca, maknanya adalah gajah yang merupakan hewan bertubuh besar berarti maha besar, uling adalah eling atau dalam bahasa Indonesia berarti ingat. Secara keseluruhan, Gajah Oling bermakna untuk manusia selalu mengingat kemahabesara Sang Pencipta.